Begini Ceritanya:

"Ini rumah baru saya. Rumah saya yang lama kena gusur karena pengembang perumahan ingin membangun pasar di sana.
Saya pindah ke sini dengan membawa banyak kenangan dari rumah yang lama."
-- Wita, korban penggusuran Multiply (okt 2012) --

Tuesday, February 12, 2008

"Dibawah Bendera Revolusi” yang terabaikan

 
Sekitar beberapa tahun yg lalu saya sempat tidak sengaja menemukan buku “Dibawah Bendera Revolusi” di rumah saya. Pada waktu pertama kali menemukannya saya merasa tertarik sekali (seperti seseorang yg baru saja menemukan benda unik peninggalan masa lalu leluhurnya), tetapi tidak sepenuhnya tertarik membacanya, saya lebih tertarik untuk melihat-lihat saja dan sedikit-dikit membaca pada bagian yg menurut saya menarik. Bukunya sudah usang, berdebu, rapuh dan kertasnya sudah menguning. Saya melihat buku itu terdampar di bawah meja begitu saja, mungkin ini juga dikarenakan keluarga saya bukanlah penggemar kegiatan membaca, jadi mereka membiarkan buku bernyawa yg sebenarnya tidak bernyawa itu tergeletak begitu saja, bahkan ketika saya menanyakan kepada orang tua saya mengenai pemilik dari buku itu tidak satupun dari mereka yg yakin akan kepunyaan siapa buku usang tersebut. Mama saya hanya menjawab, mungkin itu kepunyaan adik Papa saya karena di keluarga hanya dia yg hobi baca. Entah benar atau tidak, sampai sekarang saya belum pernah menanyakan hal ini kepada adik Papa saya itu.

Pada saat saya menemukan buku itu pertama kali, saya hanya sempat membaca beberapa bagian saja, karena minat saya terhadap baca juga kurang. Hingga beberapa tahun kemudian ketika saya teringat kembali dengan buku itu karena tidak sengaja melihat di tv seseorang memiliki buku yg sama dan orang tersebut tampak sangat menghargai buku itu. Tidak seperti saya dan keluarga saya yg suka mengabaikan buku-buku. Ketika teringat kembali akan buku itu kemudian saya tiba-tiba ingin meraih buku itu kembali, tetapi sayang saya sudah tidak tahu lagi dimana buku itu berada karena pada waktu itu saya tidak menyimpannya baik-baik. Kemudian saya tanya Mama, katanya Mama juga lupa. Ughh!!. Bodohnya aku! Aku pasti akan nyesel banget kalau sampai buku itu benar-benar hilang. Setelah beberapa lama akhirnya buku itu ditemukan juga, alhamdulillah ternyata Tuhan memberikan saya kesempatan yg kedua kalinya untuk tidak menyia-nyiakan ilmu. Sekarang saya akan simpan baik-baik buku itu dan karena sampai saat ini juga belum ada anggota keluarga yg menanyakan mengenai buku itu jadi saya memutuskan untuk mengadopsi buku itu menjadi anak saya sendiri saja. Dan saya tidak akan mengabaikannya lagi.
Tantangan berat untuk saya yang seorang tidak hobi baca untuk bisa menyelesaikan halaman-halaman buku tersebut. Saya butuh kekuatan untuk menyelesaikannya. Tuhan Bantu saya. Amin.
Saya lihat di halaman depan tertulis Jilid I, saya tidak tahu apakah memang penulisnya membuat jilid-jilid berikutnya? Kalu iya PR buat saya mencari jilid berikutnya lagi.

2 comments:

ATMND 114912 said...

Sejauh ini saya juga hanya punya jilid satu non. Kalau saja isinya dibaca ternyata disitulah rahasia harta karun Soekarno. Banyak tulisannya yang masih relevan dengan kondisi sekarang. Bahkan kalau dipikir-pikir kayanya zaman sekarang dan zaman ketika Soekarno menulis tulisannya masih tidak banyak berbeda baik dari segi politik, sosial, budaya, agama maupun kebangsaan. Saya sendiri malah nyari2 di internet versi dijitalnya untuk dikutip beberapa artikelnya yang menarik. Sayang blom ketemu.

wita lagi said...

mungkin krn (setelah Soekarno) belum ada lagi negarawan yang benar2 berjuang untuk negaranya, rata2 mereka masih berorientasi pada kepentingan individu dan golongan, jadi yaaa gak berubah2.

yg lagi rame skrg, rumah tempat tinggal Soekarno sewaktu kecil pengen dijual. bisa hilang deh sejarah, keluarganya sendiri aja udah gak peduli gitu. parah bgt!!.

thx y..